SEMINAR
HASIL
EKSPLORASI
KIMBOLYS
Nycticebus javanicus
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAKUAN
Kukang Profile:
Marga Nycticebus terdiri atas 5 jenis, yaitu:
4. Nycticebus javanicus, hanya tersebar di Jawa
meliputi Jawa Barat, Banten, Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
Namun kukang yang kita
amati adalah kukang jawa. Berikut penjelasannya
Klasifikasi kukang jawa (Nycticebus javanicus) berdasarkan Napier
(1967 & 1985) dan Rowe (1996) adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Sub Kelas : Eutheria
Ordo : Primata
Sub Ordo : Prosimii/Strepsirrhini
Infra Ordo : Lemuriformes
Super Famili : Loroidea
Famili : Loridae
Genus : Nycticebus
Spesies :Nycticebus javanicus
(Geoffroy 1812)
Nama lokal : kukang jawa (Indonesia),
muka,
oces, atau aeud (Sunda)
Morfologi
Kukang
jawa (N. javanicus) merupakan satwa
primata primitif yang tidak berekor, bersifat nokturnal (aktif di malam hari),
dan arboreal (tinggal di atas pohon). Spsies ini merupakan anggota kelompok
primata dari sub ordo Strepsirhine atau Prosimian, yang artinya pra atau
sebelum simian atau primata primitif. Ciri utama dari sub ordo ini adalah
nokturnal dan soliter (Napier & Napier 1967 & 1985; Rowe 1996; Wiens
& Zitzmann 2003a). Berikut ini adalah ciri morfologi kukang jawa
berdasarkan taksonominya.
Kukang
berjalan dengan keempat anggota geraknya dengan perlahan kecuali pada saat merasa terancam. Kukang
memiliki kemampuan cantilevering
yakni berpindah tempat dengan cara bertumpu pada anggota gerak bagian belakang
untuk menjangkau dahan atau substrat dengan anggota gerak bagian depan. Kukang
juga memiliki pegangan yang kuat karena ibu jarinya terletak oposite 180o
– 270o atau berseberangan dengan keempat jarinya (Napier &
Napier 1985; Rowe 1996).
Kukang
memiliki tapetum lucidum, yaitu lapisan di bagian belakang retina yang sensitif terhadap cahaya. Lapisan
ini membantu penglihatan mereka saat aktif di malam hari. Dalam kondisi gelap,
mata kukang akan nampak bersinar oranye (Schulze 2003a).
Tooth comb atau gigi sisir adalah
empat gigi seri pada rahang bawah yang arah tumbuhnya lebih horizontal. Fungsi
gigi ini adalah sebagai alat untuk menyisir rambutnya saat menyelisik atau
membersihkan diri. Sedangkan Toilet claw
adalah cakar atau kuku yang panjang dan tajam pada telunjuk atau jari ke dua
pada alat gerak bagian beakang. Tooth
comb dan toilet claw digunakan untuk menyelisik (Napier & Napier 1985;
Rowe 1996).
Kukang
memiliki moncong atau ujung hidung yang selalu lembab dan basah. Bagian ini
disebut rhinarium. Yang berfungsi
untuk membantu daya penciumannya dalam mengenali jejak bau yang ditinggalkan
kukang lainnya (Napier & Napier 1985; Rowe 1996).
(Kukang Jawa) Doc. Tim Kimbolys 2011 |
Reproduksi
Kematangan
seksual terjadi pada usia 18-24 bulan untuk betina, sedangkan jantan pada usia
17 bulan. etrus (rasa untuk kawin 29-45 hari) dia selalu merasa ingin kawin
setiap saatnya, kukang ini dapat menstruasi namun saja jumblah darah kotor yang
ia keluarkan hanya sedikit biasanya tidak terlihat ketika ia sedang menstruasi
dan jarak waktunya untuk menstruasi pun
belum diketahui. Menyusui 3 bulan – 5 bulan, hamil 165-197 (4 bulan-5 bulan).
Dimana betina hanya mampu melahirkan satu sampai dua anak setiap melahirkan.
Pangan
Habitat
dan Sumber Pakan
Habitat merupakan tempat bagi
organisme itu tinggal dan hidup, atau tempat dimana seseorang harus pergi untuk
menemukannya (Odum 1998). Di habitat hutan, Famili Lorisidae memiliki
kecenderungan mendiami berbagai tipe strata dan substrata (Nekaris & Bearder
2007). Kukang menyukai habitat hutan hujan tropis dan subtropis di dataran
rendah dan dataran tinggi, hutan primer, hutan sekunder, serta hutan bambu
(Rowe 1996; Nekaris & Shekelle 2007). Kukang menyukai habitat perifer
(tepi) karena di bagian inilah terdapat kelimpahan serangga dan faktor
pendukung lainnya. Menurut Mackinnon (1987), pada tahun 1986 dari seluruh area
yang mungkin menjadi habitat kukang, hanya 14 % saja yang berada di dalam
kawasan dilindungi.
Berdasarkan analisis sistem informasi geografi,
luasan habitat kukang jawa mengalami penurunan luas dan degradasi hingga 20 %,
dimana habitat kukang jawa yang masih ada hanya 17 % saja yang berada di dalam
daerah lindung (Nekaris et al. 2008b). kualitas dan kuantitas habitat akan
menentukan komposisi penyebaran dan produktivitas suatu satwa. Habitat yang
mempunyai kualitas yang tinggi nilainya, diharapkan akan menghasilkan kehidupan
satwa yang lebih baik. Habitat yang rendah kualitasnya akan menghasilkan
kondisi populasi satwa yang daya reproduksinya rendah (Alikodra 2002). Habitat
talun memenuhi kriteria habitat bagi kukang jawa baik dalam hal pakan, tempat
tidur, maupun tingkat keamanannya karena talun jarang dikunjungi oleh penduduk.
Vegetasi pakan kukang jawa seperti pasang Quercus
sp. dan Arenga pinnata Merr. serta
vegetasi untuk tidur berupa bambu merupakan vegetasi yang umum dijumpai tumbuh
di talun (Winarti 2003; Wirdateti 2003; Wirdateti et al. 2005; Pambudi
2008).
Vegetasi
Pakan
Secara
umum proporsi pakan kukang adalah tumbuhan (50% buah-buahan dan 10% getah, 40%
lainnya dari sumber pakan hewan). N.
caucang lebih menyukai sumber pakan berupa getah atau cairan tumbuhan
(34,9%) dan bagian dari bunga (31,7%)daripada buah-buahan (22,5%) dan
arthopoda. N. bengalensis menyukai getah atau cairan tumbuhan (94,34%
di musim dingin dan 67,3% di musim panas) dan memakan serangga pada musim panas
(5,07%). N. pygmaeus menyukai getah & cairan tumbuhan (63%) daripada
serangga (33%) dan sumber pakan lainnya (4%) (Wiens 2002; Streicher 2004; Swapna 2008).
Perjumpaan
langsung terhadap aktivitas malam kukang jawa jarang sekali ditemukan. Beberapa
peneliti melaporkan perjumpaan langsung terhadapa aktivitas makan kukang di alam. Kukang jawa memakan
nira dari aren (Winarti 2003; Wirdateti et al. 2005) dan memakan semut dari
serangga atau cairan dari kulit cengkeh Syzygium aromaticum (Wirdateti 2003).
Kukang jawa juga memakan bunga atau nektar kaliandra dan memakan serangga di
pohon tersebut, serta menggigit batang pasang kayang Quercus lineatea untuk menghisap getahnya (Pambudi 2008).
Sumber Pakan
Secara
umum Nycticebus sering disebutkan
sebagai omnivor (pemakan segala) dengan palatabilitas atau tingkat kesukaan
tertentu terhadap salah satu beberapa ejenis pakan. Jenis pakan kukang antara
lain buah-buahan, bunga, nektar, getah, dan cairan tumbuhan, serangga, dan
telur burung serta burung kecil (Rowe 1996; Nekaris & Bearder 2007). Kukang
mendapatkan getah dengan cara mengguratkan gigi ke batang pohon hingga kulit
pohon terkelupas atau hanya tergores dan mengeluarkan getah, selanjutnya kukang
menjilatinya (Wiens 2002; Stericher 2004; Pamudi 2008; Swapna 2008. Kukang jawa
juga dilaporkan menghisap sadapan nira pohon aren yang menetes secara alami
maupun yang sedang disadap penduduk (Winarti 2003; Wirdateti 2003 et al.2005) uji palatabilitas pakan
terhadap kukang Sumatera dan kukang jawa di kandang menunjukkan bahwa pakan
yang disukai adalah buah-buahan yang lunak, manis, dan mengandung karbohidrat
(Napier & Napier 1985: Wirdateti et al. 2001).
Kukang
juga memakan sumber pakan asal hewan, terutama serangga, identifikasi jenis
pakan asal hewan terutama serangga biasanya diperoleh berdasarkan pengamatan
singkat, identifikasi contoh feses, atau hanya berdasarkan informasi penduduk.
Berdasarkan identifikasi feses N. Caucang
dewasa dan pradewasa, kukang makan enam jenis serangga pakan yaitu kumbang
(Coleopthera), semut (Hymenoptera), kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera),
jangkrik (Formicidae), kumbang (Coleoptera), dan jangkrik atau belalang
(Orthoptera). Infan pertama kali
dijumpai memakan ngengat (Lepidoptera) pada umur 4 minggu (Wiens & Zitzmann
2003).
Pengamatan
N. praygameus memperlihatkan
sedikitnya terdapat 2 jenis pakan asal serangga yaitu semut (Hymenoptera) dan
jangkrik (Formicidae) (Streicher 2004). N.
bengalensis diketahui memakan kecoa (Blattaria), rayap (Isoptera) serta
telur anak burung (Swapna 2008). Kukang jawa di TNGH diduga memakan semut den
serangga saat berada di pohon cengkeh Syzygium
aromaticum (Wirdateti 2003). Kukang jawa terlihat menangkap beberapa ekor
serangga di pohon kasungka Gnetum
cuspidatum Bl. Di awal aktivitas malamnya. Di TNGGP kukang jawa dilaporkan
menangkap dan memakan serangga saat berada di kaliandra Caliandra calothrysus (Pamudi 2008). N. menagensis pernah dijumpai beraktivitas di pohon pempening Lithocarpus benettii selama lebih kurang
satu jam untuk beberapa kali menyambar sesuatu yang terbang yang diperkirakan
sebagai serangga (Wirdateti 2005).
With IAR (International Animal Rescue) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar