Senin, 23 Maret 2015

Penelitian Kukang Jawa (Nycticebus javanicus)

SEMINAR HASIL
EKSPLORASI KIMBOLYS
 Nycticebus javanicus

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI 
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 
UNIVERSITAS PAKUAN



 Kukang  Profile:

Marga Nycticebus terdiri atas 5 jenis, yaitu:
1.      Nycticebus coucang yang tersebar di Semenanjung Malaya, Sumatera dan kepulauan sekitarnya.
2.      Nycticebus pygmaeus tersebar di Indocina, Laos dan Kamboja.
3.      Nycticebus bengalensis, tersebar di India hingga Thailand.
4.    Nycticebus javanicus, hanya tersebar di Jawa meliputi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
5.      Nycticebus menagensis, hanya tersebar di Kalimantan serta kepulauan sekitarnya.

Namun kukang yang kita amati adalah kukang jawa. Berikut penjelasannya




 
(Kukang Jawa) Doc. Tim Kimbolys 2011

Klasifikasi kukang jawa (Nycticebus javanicus) berdasarkan Napier (1967 & 1985) dan Rowe (1996) adalah sebagai berikut :

Kerajaan          : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Mamalia
Sub Kelas        : Eutheria
Ordo                : Primata
Sub Ordo         : Prosimii/Strepsirrhini
Infra Ordo       : Lemuriformes
Super Famili    : Loroidea
Famili              : Loridae
Genus              : Nycticebus
Spesies            :Nycticebus  javanicus
(Geoffroy 1812)
Nama lokal      : kukang jawa (Indonesia),
muka, oces, atau aeud (Sunda)

Morfologi
Kukang jawa (N. javanicus) merupakan satwa primata primitif yang tidak berekor, bersifat nokturnal (aktif di malam hari), dan arboreal (tinggal di atas pohon). Spsies ini merupakan anggota kelompok primata dari sub ordo Strepsirhine atau Prosimian, yang artinya pra atau sebelum simian atau primata primitif. Ciri utama dari sub ordo ini adalah nokturnal dan soliter (Napier & Napier 1967 & 1985; Rowe 1996; Wiens & Zitzmann 2003a). Berikut ini adalah ciri morfologi kukang jawa berdasarkan taksonominya.
Kukang berjalan dengan keempat anggota geraknya dengan perlahan  kecuali pada saat merasa terancam. Kukang memiliki kemampuan cantilevering yakni berpindah tempat dengan cara bertumpu pada anggota gerak bagian belakang untuk menjangkau dahan atau substrat dengan anggota gerak bagian depan. Kukang juga memiliki pegangan yang kuat karena ibu jarinya terletak oposite 180o – 270o atau berseberangan dengan keempat jarinya (Napier & Napier 1985; Rowe 1996).
Kukang memiliki tapetum lucidum, yaitu lapisan di bagian belakang retina yang sensitif terhadap cahaya. Lapisan ini membantu penglihatan mereka saat aktif di malam hari. Dalam kondisi gelap, mata kukang akan nampak bersinar oranye (Schulze 2003a).
Tooth comb atau gigi sisir adalah empat gigi seri pada rahang bawah yang arah tumbuhnya lebih horizontal. Fungsi gigi ini adalah sebagai alat untuk menyisir rambutnya saat menyelisik atau membersihkan diri. Sedangkan Toilet claw adalah cakar atau kuku yang panjang dan tajam pada telunjuk atau jari ke dua pada alat gerak bagian beakang. Tooth comb dan toilet claw digunakan untuk menyelisik (Napier & Napier 1985; Rowe 1996).
Kukang memiliki moncong atau ujung hidung yang selalu lembab dan basah. Bagian ini disebut rhinarium. Yang berfungsi untuk membantu daya penciumannya dalam mengenali jejak bau yang ditinggalkan kukang lainnya (Napier & Napier 1985; Rowe 1996).
(Kukang Jawa) Doc. Tim Kimbolys 2011


Reproduksi
Kematangan seksual terjadi pada usia 18-24 bulan untuk betina, sedangkan jantan pada usia 17 bulan. etrus (rasa untuk kawin 29-45 hari) dia selalu merasa ingin kawin setiap saatnya, kukang ini dapat menstruasi namun saja jumblah darah kotor yang ia keluarkan hanya sedikit biasanya tidak terlihat ketika ia sedang menstruasi dan  jarak waktunya untuk menstruasi pun belum diketahui. Menyusui 3 bulan – 5 bulan, hamil 165-197 (4 bulan-5 bulan). Dimana betina hanya mampu melahirkan satu sampai dua anak setiap melahirkan.

Pangan
Habitat dan Sumber Pakan
Habitat merupakan tempat bagi organisme itu tinggal dan hidup, atau tempat dimana seseorang harus pergi untuk menemukannya (Odum 1998). Di habitat hutan, Famili Lorisidae memiliki kecenderungan mendiami berbagai tipe strata dan substrata (Nekaris & Bearder 2007). Kukang menyukai habitat hutan hujan tropis dan subtropis di dataran rendah dan dataran tinggi, hutan primer, hutan sekunder, serta hutan bambu (Rowe 1996; Nekaris & Shekelle 2007). Kukang menyukai habitat perifer (tepi) karena di bagian inilah terdapat kelimpahan serangga dan faktor pendukung lainnya. Menurut Mackinnon (1987), pada tahun 1986 dari seluruh area yang mungkin menjadi habitat kukang, hanya 14 % saja yang berada di dalam kawasan dilindungi.
 Berdasarkan analisis sistem informasi geografi, luasan habitat kukang jawa mengalami penurunan luas dan degradasi hingga 20 %, dimana habitat kukang jawa yang masih ada hanya 17 % saja yang berada di dalam daerah lindung (Nekaris et al. 2008b). kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi penyebaran dan produktivitas suatu satwa. Habitat yang mempunyai kualitas yang tinggi nilainya, diharapkan akan menghasilkan kehidupan satwa yang lebih baik. Habitat yang rendah kualitasnya akan menghasilkan kondisi populasi satwa yang daya reproduksinya rendah (Alikodra 2002). Habitat talun memenuhi kriteria habitat bagi kukang jawa baik dalam hal pakan, tempat tidur, maupun tingkat keamanannya karena talun jarang dikunjungi oleh penduduk. Vegetasi pakan kukang jawa seperti pasang Quercus sp. dan Arenga pinnata Merr. serta vegetasi untuk tidur berupa bambu merupakan vegetasi yang umum dijumpai tumbuh di talun (Winarti 2003; Wirdateti 2003; Wirdateti et al. 2005; Pambudi 2008). 
Vegetasi Pakan
Secara umum proporsi pakan kukang adalah tumbuhan (50% buah-buahan dan 10% getah, 40% lainnya dari sumber pakan hewan). N. caucang lebih menyukai sumber pakan berupa getah atau cairan tumbuhan (34,9%) dan bagian dari bunga (31,7%)daripada buah-buahan (22,5%) dan arthopoda. N. bengalensis  menyukai getah atau cairan tumbuhan (94,34% di musim dingin dan 67,3% di musim panas) dan memakan serangga pada musim panas (5,07%). N. pygmaeus menyukai getah & cairan tumbuhan (63%) daripada serangga (33%) dan sumber pakan lainnya (4%) (Wiens 2002; Streicher  2004; Swapna 2008).
Perjumpaan langsung terhadap aktivitas malam kukang jawa jarang sekali ditemukan. Beberapa peneliti melaporkan perjumpaan langsung terhadapa aktivitas  makan kukang di alam. Kukang jawa memakan nira dari aren (Winarti 2003; Wirdateti et al. 2005) dan memakan semut dari serangga atau cairan dari kulit cengkeh Syzygium aromaticum (Wirdateti 2003). Kukang jawa juga memakan bunga atau nektar kaliandra dan memakan serangga di pohon tersebut, serta menggigit batang pasang kayang Quercus lineatea untuk menghisap getahnya (Pambudi 2008).
Sumber Pakan
Secara umum Nycticebus sering disebutkan sebagai omnivor (pemakan segala) dengan palatabilitas atau tingkat kesukaan tertentu terhadap salah satu beberapa ejenis pakan. Jenis pakan kukang antara lain buah-buahan, bunga, nektar, getah, dan cairan tumbuhan, serangga, dan telur burung serta burung kecil (Rowe 1996; Nekaris & Bearder 2007). Kukang mendapatkan getah dengan cara mengguratkan gigi ke batang pohon hingga kulit pohon terkelupas atau hanya tergores dan mengeluarkan getah, selanjutnya kukang menjilatinya (Wiens 2002; Stericher 2004; Pamudi 2008; Swapna 2008. Kukang jawa juga dilaporkan menghisap sadapan nira pohon aren yang menetes secara alami maupun yang sedang disadap penduduk (Winarti 2003; Wirdateti 2003 et al.2005) uji palatabilitas pakan terhadap kukang Sumatera dan kukang jawa di kandang menunjukkan bahwa pakan yang disukai adalah buah-buahan yang lunak, manis, dan mengandung karbohidrat (Napier & Napier 1985: Wirdateti et al. 2001).
Kukang juga memakan sumber pakan asal hewan, terutama serangga, identifikasi jenis pakan asal hewan terutama serangga biasanya diperoleh berdasarkan pengamatan singkat, identifikasi contoh feses, atau hanya berdasarkan informasi penduduk. Berdasarkan identifikasi feses N. Caucang dewasa dan pradewasa, kukang makan enam jenis serangga pakan yaitu kumbang (Coleopthera), semut (Hymenoptera), kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), jangkrik (Formicidae), kumbang (Coleoptera), dan jangkrik atau belalang (Orthoptera). Infan pertama kali dijumpai memakan ngengat (Lepidoptera) pada umur 4 minggu (Wiens & Zitzmann 2003).
Pengamatan N. praygameus memperlihatkan sedikitnya terdapat 2 jenis pakan asal serangga yaitu semut (Hymenoptera) dan jangkrik (Formicidae) (Streicher 2004). N. bengalensis diketahui memakan kecoa (Blattaria), rayap (Isoptera) serta telur anak burung (Swapna 2008). Kukang jawa di TNGH diduga memakan semut den serangga saat berada di pohon cengkeh Syzygium aromaticum (Wirdateti 2003). Kukang jawa terlihat menangkap beberapa ekor serangga di pohon kasungka Gnetum cuspidatum Bl. Di awal aktivitas malamnya. Di TNGGP kukang jawa dilaporkan menangkap dan memakan serangga saat berada di kaliandra Caliandra calothrysus (Pamudi 2008). N. menagensis pernah dijumpai beraktivitas di pohon pempening Lithocarpus benettii selama lebih kurang satu jam untuk beberapa kali menyambar sesuatu yang terbang yang diperkirakan sebagai serangga (Wirdateti 2005).
 
Tim Kimbolys dan Dep. 2 Lampyris

With IAR (International Animal Rescue)


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar